DEPOK – TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) atau SDGs (Sustainable Development Goals) menjadi tahapan paling krusial menuju Indonesia Emas 2045. Simposium SDGs Hub UI melaksanakan acara dengan tema “Aksi Bersama untuk Masa Depan Berkelanjutan”. Pada hari pertama, SDGs Hub UI mengadakan Workshop Desentralisasi SDGs pada hari Selasa, 5 November 2024 di Pertamina Hall Gedung Multidisiplin FMIPA, Universitas Indonesia. Salah satu narasumbernya, yaitu Bapak Gantjang Amanullah memaparkan adanya isu utama dari revisi Perpres 59/2017 menjadi Perpres 111/2022 tentang Pelaksanaan Pencapaian TPB. Dari progres Pencapaian SDGs di Tingkat Global dan Asia Pasifik terdapat 231 indikator yang telah dilaporkan, sebagian besar (62,7% atau 146 indikator) telah berhasil dicapai.
Kemajuan indikator tersebut terlihat pada pilar hukum dan tata kelola, serta pilar lingkungan. Namun, masih terdapat sekitar (26,2% atau 61 indikator) yang masih memerlukan perhatian khusus agar tetap kembali on-track. Penguatan pelaksanaan SDGs di daerah berdasarkan Perpres 111/2022 yang juga mengatur peran Gubernur sebagai WPP (Wakil Pemerintah Pusat) dalam pencapaian SDGs daerah yang menegaskan fungsi fasilitasi, supervisi, dan sinkronisasi penyusunan RAD (Rencana Aksi Daerah). Penyusunan RAD TPB 5 (lima) tahunan ini melibatkan Bupati/Walikota di wilayahnya dengan merangkul Ormas, Filantropi, Pelaku Usaha, Akademisi, dan Pemangku Kepentingan lainnya. Lalu, Gubernur turut memberikan laporan mengenai capaian setiap tahun atas pelaksanaan sasaran TPB Daerah kepada Mendagri dan Menteri PPN/Kepala Bappenas.
Pendekatan partisipatif untuk pembangunan berkelanjutan perlu melibatkan komunitas dalam Voluntary Local Review (VLR) untuk mendorong pelokalan SDGs. Manfaat VLR bagi daerah adalah untuk mengarahkan pilihan dan pendanaan masa depan, serta menjadi titik awal dalam proses pemantauan tindakan lokal. Kombinasi empat fase pada VLR yaitu analisis indikator, partisipasi aktor lokal, analisis koherensi kebijakan, dan dukungan untuk perencanaan strategis menjadi lebih dari sekadar dokumen teknis dan panduan untuk mempromosikan sektor-sektor kunci pembangunan daerah.
Pada dasarnya, peran nonpemerintah dalam pencapaian SDGs yaitu konsisten terhadap isu TPB/SDGs, identifikasi kapasitas masyarakat dengan data yang akurat, serta melakukan pelaporan program dan mengukur dampak dari jangka panjangnya. Pak Hendra Susilo Adi selaku Capacity Development and Learning Coordinator UCLG juga memberikan rekomendasi bahwa diperlukannya penguatan kapasitas dari Pemda dan asosiasinya terkait penyusunan VSR (Voluntary Subnational Review) dan VLR (Voluntary Local Review) yang menjadi bagian terpenting dari proses monitoring dan pelaksanaan SDGs di daerah. Hal ini termasuk dengan penyediaan data yang berkualitas sebab dokumen menjadi referensi keberhasilan Pemerintah Daerah dalam mengabadikan pelaksanaan pencapaian SDGs dan kolaborasi dengan sektor nonpemerintah.
SDGs Hub UI juga mengadakan Seminar Nasional dan Talkshow SDGs pada hari Rabu, 6 November 2024 di Aula Prof. DR. Soemantri Brodjonegoro, FMIPA Universitas Indonesia. Prof. Ricardi selaku salah satu narasumber mengilustrasikan terkait tantangan akan implementasi SDGs di Indonesia yaitu dimulai dari pola pikir, budaya masyarakat, serta keterbatasan anggaran (infrastruktur) yang memberikan efek domino terhadap kesenjangan wilayah, ketimpangan masyarakat, degradasi lingkungan, kolaborasi dan kemitraan, kualitas pendidikan, dan lain-lain.
Meski begitu, acara Simposium SDGs Hub UI memberikan pandangan dan mengajak anak muda untuk berkolaborasi melalui program yang diusung oleh Duta SDGs 2024-2026 yang bernama Sustainable Collaborative Action. Adapun program ini diusung karena adanya ketertarikan mahasiswa Universitas Indonesia tentang pewadahan komunitas sosial kemasyarakatan dan kurang optimalnya gerakan keberlanjutan di lingkungan kampus. Program ini adalah program pendalaman (penginternalisasian) prinsip pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas, kolaborasi program, dan pemeringkatan bagi unit kegiatan mahasiswa Universitas Indonesia. Berfokus pada empat pilar, yaitu pilar lingkungan, pilar sosial, pilar hukum dan tata kelola, serta pilar ekonomi. Harapannya rangkaian kegiatan dari program ini bisa memberikan dampak kepada peningkatan kapasitas dan komitmen bersama komunitas berkelanjutan.
Disamping itu, Simposium SDGS Hub UI memberikan pembuktian bahwa dari aksi bersama yang dilakukan oleh berbagai pihak dapat menjadi langkah pertama menuju masa depan berkelanjutan. Selain itu, program atau ide dari bentuk kolaborasi lintas sektor yang melibatkan anak muda, akademisi, sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat bisa membawa dampak besar untuk menuju dunia yang lebih inklusif bagi kita dan generasi mendatang.
Artikel oleh Syifa Al Shadiqah #APEKSInternship