Perkotaan yang identik dengan gedung pencakar langit, aspal hitam, serta jumlah pohon yang dapat terhitung jari telah menjadi rumah bagi sebagian hewan liar seperti kucing liar. Kucing-kucing liar yang tinggal diperkotaan telah beradaptasi untuk bertahan hidup, bahkan mereka telah menjadi penghuni setia suatu kawasan di perkotaan. Hal ini terlihat dari bagaimana kita dapat menemukan kucing liar yang semakin banyak di tempat umum, seperti pinggiran mall, stasiun, ataupun jalanan perkampungan.
Kucing liar yang hidup di perkotaan sering kali terlihat dalam keadaan fisik yang kurang baik dan hal ini mengkeperihatinan masyarakat kota terhadap kucing liar sebagai sesama makhluk hidup yang tinggal diperkotaan. Hal ini memicu adanya gerakan yang diinisiasi oleh sebagian masyarakat perkotaan, yaitu gerakan street feeding terhadap kucing liar. Gerakan ini diawali dengan membawa makanan khusus kucing untuk diberikan kepada kucing liar di sekitar tempat yang sedang mereka tuju. Gerakan street feeding, sesuai dengan namanya, biasanya ditemukan di tempat-tempat umum, seperti dipinggir halte atau stasiun, di dekat parkiran umum, ataupun di pinggir jalan yang dinilai aman untuk kucing liar makan.
Ingin mengetahui lebih dalam terkait gerakan ini, saya berhasil mewawancarai beberapa anak muda kota yang gemar dan pernah melakukan street feeding. Hasilnya empat dari lima orang menjelaskan alasan mereka melakukan gerakan ini karena mereka berpendapat bahwa kegiatan tersebut dapat membawa ketenangan dan rasa senang, “Ada perasaan seneng aja kalau liat mereka lahap makannya”, ungkap salah satu anak muda berinisial SR (24 tahun).
Mereka juga menambahkan jika memberi makan kucing juga dapat membantu menurunkan kadar stres bagi mereka yang hidup di tengah hiruk pikuk perkotaan, “ untuk aku, kasih makan kucing jalanan bukan hanya sekedar menurunkan stres, tetapi juga menaikkan empati kita dan membuat kita lega, senang ketika melihat kucing yang kita kasih makan itu lahap. terlebih ketika banyak kucing yang setelah dikasi makan, mereka menempel ke tubuh kita sebagai rasa tanda terima kasih”, ungkap salah satu frehgraduate berinisial SK yang merupakan cat lovers.
Namun, street feeding ini dapat memicu permasalahan baru jika tidak dibarengi dengan tanggung jawab menjaga kebersihan. Sisa makanan yang ditinggalkan dapat membuat tempat tersebut kotor atau menarik lebih banyak kucing ke satu area, menciptakan konsentrasi populasi kucing liar. Beberapa solusi yang dapat dilakukan, seperti seperti membawa wadah makanan dan menunggu sampai kucing selesai makan. Sama halnya yang disampaikan anak muda berinisial JH (22 tahun), “Karna kebanyakan street feeder ga nyiapin wadah untuk tempat makannya jd keliatan kotor. Makanya biasanya nyiapin tisu biar bisa diambil lagi dan kasih porsinya pas biar ga kebuang-buang dan jd ngotorin jalanan”. Dengan demikian kegiatan street feeding tetap bisa dilakukan, namun perlu diiringi dengan rasa tanggung jawab akan kebersihan sekitar dan tidak menimbulkan masalah baru perkotaan.