Inovasi memungkinkan individu, kelompok dan atau organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan, teknologi dan kebutuhan masyarakat. Inovasi menjadi solusi untuk berbagai permasalahan yang kompleks, seperti perubahan iklim, teknologi dan tantangan ekonomi kebutuhan akan ide dan insight baru untuk membuka wawasan dan menciptakan cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah tersebut.
Inovasi sering kali menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, serta produk dan layanan baru menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas. Dinamisnya inovasi dalam teknologi dan layanan kesehatan, pendidikan, serta infrastruktur dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Inovasi mendorong sinergitas dan kolaborasi antar disiplin ilmu dan sektor, menciptakan lingkungan yang subur bagi kreativitas dan ide-ide baru dalam dinamisnya dunia yang terus berubah.
Inovasi tidak lepas dari tantangan yang muncul saat akan implementasi, sumber daya manusia yang terbatas, Mengubah cara berpikir masyarakat dan pemangku kepentingan tentang keberlanjutan bisa menjadi tantangan besar. Banyak orang masih skeptis terhadap manfaat jangka panjang dari inisiatif berkelanjutan. Lingkungan regulasi yang tidak mendukung atau kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dapat menghambat inovasi dan pengembangan inisiatif berkelanjutan.
Banyak tantangan yang dihadapi bersifat multidimensional dan kompleks, sehingga membutuhkan pendekatan inovatif yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan pemangku kepentingan. Perubahan dalam cara kerja atau cara hidup sering kali dihadapi dengan resistensi. Masyarakat atau organisasi dapat merasa nyaman dengan cara lama, meskipun itu tidak berkelanjutan. Menghadapi tantangan ini memerlukan kerja sama, kreativitas, dan komitmen dari semua pemangku kepentingan untuk menciptakan solusi inovatif yang berkelanjutan.
Pembangunan dapat berjalan tanpa terus menerus menggunakan pembiayaan APBD murni, ada celah dimana ruang alternative pembiayaan terbuka bagi pemerintah kota yang mau berupaya dalam mewujudkanya. APEKSI melaksanakan Launching Buku Best Practice dengan mengusung tema Inovasi Pembiayaan Alternatif dan Sharing Knowledge Management Forum, serta kunjungan pembelajaran, karena inovasi, tantangan dan implementasi adalah ritme yang terus bergulir perubahanya.
Launching Buku dan Knowledge Management Forum (KMF) diselenggarakan pada:
- Hari/Tanggal: Senin – Rabu, 9-11 Desember 2024
- Tempat: Hotel Harper, Jl. P. Mangkubumi No.52, Gowongan, Jetis, Yogyakarta
- Agenda: Welcome Dinner, Launching Buku & KMF, Kunjungan Lapangan dan Nyanting
Video
Dokumentasi
Buku
Siaran Pers
Kota Yogyakarta, 10 Desember 2024 — Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta, PT Sarana Multi Infrastruktur Persero (PT SMI), dan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tirta Musi, menggelar acara Forum Pengelolaan Pengetahuan pada 10-11 Desember 2024 di Hotel Harper Malioboro. Dalam acara ini, APEKSI juga meluncurkan Buku Praktik Baik yang memaparkan pengalaman tujuh kota yang mengimplementasikan pembiayaan alternatif untuk pembangunan berkelanjutan.
Ketua Dewan Pengurus APEKSI sekaligus Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam sambutannya di Buku Praktik Baik ini mengatakan: “Ada kota besar dengan anggaran dan sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur serta layanan dasar bagi warganya. Namun, ada pula kota yang anggarannya terbatas, sementara pertumbuhan populasi dan arus urbanisasi berkembang pesat. Dalam kondisi ini, pemerintah kota harus kreatif mencari solusi dan terobosan untuk mempercepat pembangunan. Buku Praktik Baik APEKSI ini menjadi sarana untuk memperkuat pembelajaran antarkota agar pengetahuan dan pengalaman dari berbagai sektor pembangunan dapat dimanfaatkan bersama demi kemajuan kita.”
Inovasi Pembiayaan Alternatif
Inovasi Pembiayaan Alternatif oleh Pemerintah Daerah bukan hanya soal pengelolaan keuangan publik, tetapi juga membuka peluang untuk reformasi dalam layanan pemerintah, pajak dan retribusi, serta kebijakan pembiayaan alternatif. Inovasi pembiayaan alternatif dimaknai sebagai upaya untuk menutup gap anggaran sekaligus mendorong transparansi dan profesionalisme, guna mendukung pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.
Ibarat sebuah pertandingan lari, usaha untuk memperoleh pembiayaan inovatif bukanlah “lari cepat”, melainkan sebuah proses panjang yang melibatkan tahapan yang harus dijalani, melampaui kalender fiskal tahunan dan tidak terbatas pada masa periode kepemimpinan kepala daerah.
Dalam konteks ini, Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) terus melakukan advokasi kebijakan, penguatan kapasitas, dan mengakomodasi aspirasi dari 98 kota anggota APEKSI di seluruh Indonesia. Satu di antaranya dengan mendokumentasikan pengalaman tujuh kota mengakses pembiayaan alternatif dan membagikannya dalam Forum Pengetahuan atau Knowledge Management Forum (KMF).
APEKSI Mendorong SMI Menurunkan Bunga Pinjaman
Masih dalam sambutannya, Eri Cahyadi menyampaikan bahwa dalam membangun kota dibutuhkan percepatan. Percepatan ini tidak bisa hanya mengandalkan APBD. Pemerintah Kota perlu berani mengelola fiskal, termasuk dengan melakukan pinjaman agar kekuatan fiskal dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan mengatasi persoalan perkotaan seperti kemiskinan.
“Daerah harus menggerakkan fiskalnya. Untuk itu butuh support SMI agar tidak kasih bunga tinggi, ” ujarnya di hadapan seluruh peserta. Eri Cahyadi meyakinkan, dengan cara demikian, kota-kota dapat membangun kemandirian fiskalnya dengan kekuatan kebersamaan.
Harapan dari Ketua Dewan Pengurus APEKSI sekaligus Wali Kota Surabaya ini mendapat respon baik dari pihak SMI. Lebih lanjut, ia meminta disiapkan forum khusus bagi Pengurus APEKSI bertemu dengan Menteri Keuangan untuk berbagi pengalaman baik kota-kota di Indonesia mengupayakan kemandirian fiskal dan bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh Pemerintah.
Acara Peluncuran Buku dan Forum Pengetahuan
Sejak Juli hingga November 2024, APEKSI telah mendokumentasikan praktik pembiayaan alternatif di tujuh kota, yakni Blitar, Dumai, Jambi, Makassar, Palembang, Semarang, dan Yogyakarta. Hasil pendokumentasian diluncurkan dalam Buku Praktik Baik: Inovasi Pembiayaan Alternatif Pembangunan Daerah.
Acara Peluncuran Buku Praktik Baik dan KMF dihadiri oleh 3 orang Wali Kota, 6 orang PJ Wali Kota, 1 orang Wakil Wali Kota, sejumlah Sekda dan Kepala Bappeda, dan sejumlah perangkat Pemerintahan Kota.
Jumlah peserta adalah 306 orang dari 45 kota di Indonesia, termasuk perwakilan dari PT SMI, Pemerintah Kota, dan Perumda. Forum ini dirancang dalam bentuk yang santai agar terjadi ‘horizontal learning’ dan mendorong kolaborasi dalam mencari solusi pembiayaan alternatif yang dapat diterapkan di kota-kota lain di Indonesia.
Kunjungan Pembelajaran dan Potensi Lokal
Bagi APEKSI, proses pembelajaran bisa terjadi dalam forum-forum resmi maupun interaksi informal selama rangkaian kegiatan. Dalam rangkaian acara, peserta juga melakukan kunjungan pembelajaran ke Kelurahan Giwangan, Kemantren Umbulharjo pada 10 November 2024. Di sana mereka melihat langsung inovasi program Gandeng Gendong yang merupakan wujud kerjasama 5K yaitu kampung, komunitas, kampus, korporasi, dan pemerintah kota. Di antaranya transformasi wilayah kumuh menjadi area eduwisata Bendhung Lepen dan Kampung Kelengkeng, Ekonomi Sirkular yang memadukan kepedulian pada lingkungan, pengelolaan sampah organik, dan penguatan ekonomi.
Sementara pada 11 November 2024, diadakan kegiatan ‘Local Pride Yogyakarta: dengan menyoroti potensi kreatif Batik dan UMKM Kota Yogyakarta, sebagai contoh pemanfaatan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
Kutipan
- Kota Yogyakarta berinovasi dalam setiap konsep pembangunan, yaitu dengan mengangkat kearifan lokal. Hal itu menjadi pembeda dan keunikan yang memunculkan marwah kota. Kota-kota anggota APEKSI perlu memunculkan keunikan masing-masing untuk mengangkat marwah kotanya. (Sugeng Purwanto, PJ Wali Kota Yogyakarta)
- Tantangan yang dihadapi kota-kota bersifat multidimensional dan kompleks, butuh koordinasi dan kolaborasi. Lihat apa yang kami lakukan di Bendhung Lepen. Bendhung Lepen kecil, tapi bagi kami luar biasa. Ketika perspektif masyarakat berubah, ekonomi pun bergulir, dan bisa mengangkat derajat hidup masyarakat. (Sugeng Purwanto, PJ Wali Kota Yogyakarta)
- Ada dua tantangan yang dihadapi Pemerintah Kota saat ini yaitu keterpaduan kebijakan dan bagaimana ekonomi fiskal bisa dilaksanakan ke depan, baik pendanaan maupun pembiayaan. (Alwis Rustam, Direktur Eksekutif/Sekretaris Dewan Pengurus APEKSI)
- Produk pengetahuan dalam acara ini, terutama poster-poster praktik baik tujuh kota dikerjakan oleh interns di Direktorat APEKSI. Keberadaan peserta internship APEKSI merupakan upaya mendekatkan anak muda ke isu-isu perkotaan. (Alwis Rustam, Direktur Eksekutif/Sekretaris Dewan Pengurus APEKSI)
- Infrastruktur tidak bisa dibangun dalam lima tahun. Saya belajar dari Kota Bandar Lampung, Kota Solok, Kab. Trenggalek agar keluar dari zona nyaman. Terobosan dilakukan dengan berpikir dan menghitung betul kepentingan kota kita. Bukan untuk popularitas, tapi dampak besar bagi masyarakat. (Eri Cahyadi, Ketua Dewan Pengurus APEKSI/Wali Kota Surabaya)
- Pegawai Negeri di Zona Nyaman, Kota Tidak Bisa Sejahtera. (Eri Cahyadi, Ketua Dewan Pengurus APEKSI/Wali Kota Surabaya)